Kamis, 09 Agustus 2018

PERSESUAIAN SUBJEK - VERBA DALAM BAHASA ROTE


PERSESUAIAN SUBJEK – VERBA DALAM BAHASA ROTE[1]

Leksi S. Y. Ingguoe
SMP Negeri 5 Lobalain – Rote Ndao - NTT

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan berbagai bentuk verba dalam persesuaian subjek-verba Bahasa Rote dan bentuk-bentuk pemarkah persesuaian serta fungsinya dalam konstruksi sintaksis. Penelitian ini menggunakan teori linguistik struktural dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 10 bentuk persesuaian subjek-verba dalam Bahasa Rote yang ditandai dengan pemberian proklitik pronomina. Proklitik yang memarkahi persesuaian subjek dan verba yang umumnya terjadi pada bentuk-bentuk terikat dengan unsur aloleks tertentu untuk membentuk verba tersebut menjadi bentuk bebas dalam konstruksi sintaksis. Selain itu, persesuaian terjadi pada kelas kata nomina, adjektiva, dan numeralia yang berfungsi membentuk verba denominal, verba deadjektival, dan verba denumeral yang predikatif dalam sebuah konstruksi sintaksis.

Kata kunci: Bahasa Rote, persesuaian, konkordansi, subjek, verba.

Abstract

This study aims to reveal the various forms of verbs in the subject-verb agreement of the Rotinese and the forms of markers of conformity and their function in syntactic construction. This research uses structural linguistic theory with descriptive method. Based on the results of the analysis, there are 10 forms of subject-verb agreement in Rotinese which is characterized by proclitics pronouns. Proclitics marking for the subject and verb agreement generally occurs on the forms bound by certain allolex element to form the verbs into free form in syntactic construction. In addition, agreement occurs in the noun word class, adjectives, and numerals that serve to form denominal verbs, deadjektival verbs, and denumeral verbs that are predicate in a syntactic construct.

Keywords: Rotinese, agreement, concordance, subject, verb.

1.        Pendahuluan
Bahasa Rote (selanjutnya BR) adalah salah satu rumpun bahasa Austronesia yang termasuk dalam keluarga bahasa Melayu Polinesia Tengah dan termasuk dalam rumpun bahasa Timor-Barbar (Blust, 2013: xxxvi). BR sendiri tidak hanya digunakan di Pulau Rote tetapi juga di beberapa tempat di Pulau Timor yang merupakan tempat hunian orang Rote sejak abad ke-19 seperti Oesao, Sulamu, Tarus, Babau, dan lainnya.
BR sebagai bahasa yang variatif memiliki dialek-dialek yang secara potensial sulit dibedakan satu sama yang lainnya. Oleh karena itu, sejak awal abad ke-19 ketika BR mulai ditulis, pembagian dialek sudah dilakukan salah satunya adalah D. P. Manafe yang membagi BR dalam 9 dialek. Kemudian muncul penggolongan lainnya yang berbeda-beda sampai tahun 2012, Balukh dalam pemetaannya membagi BR hanya dalam 5 dialek yaitu 1) Delha, Oenale, Dengka dan Lelain; 2) Thie, Ba’a dan Loleh; 3) Termanu, Keka dan Talae; 4) Korbaffo, Bokai, Lelenuk, Diu, dan Bilba; 5) Landu, Oepao dan Ringgou (Balukh, 2012:127).
Penelitian tentang BR sudah banyak dilakukan yakni D. P. Manafe (1889) yang berjudul Akan Bahasa Rotti; J. Fanggidaej (1892) tentang Tata BR; J.C.G. Jonker (1908) tentang Kamus  Rote-Belanda dan (1915) tentang Tata BR. Selanjutnya Fanggidae, dkk (1998) tentang moerfologi BR; Kumanireng, dkk (2000) tentang sintaksis BR; Jermy Balukh (2006) tentang Bahasa Rote; (2007) tentang Pelajaran Bahasa Rote untuk SD Kelas 3; (2012) Pemetaan Bahasa di Kabupaten Rote Ndao; dan Tim Revitalisasi Bahasa Rote (2016) yang meneliti tentang sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik BR. Namun kajian khusus tentang persesuaian tidak banyak dilakukan walaupun persesuaian merupakan ciri khas BR dalam kajian linguistik.
Secara umum, BR memiliki perubahan paradigmatis berlaku pada kata kerja (konyugasi) dan pada kata benda (deklinasi) untuk menunjukkan relasi paradigmatis. Istilah konyugasi sendiri adalah klasifikasi verba menurut bentuk-bentuk infleksinya atas kala, persona dan jumlah. Sedangkan deklinasi merupakan perubahan nomina, pronomina atau adjektiva yang menunjuk kategori, kasus, jumlah atau jenis. Walaupun perubahan ini sedikit berbeda dengan bahasa Rote tetapi tetap menunjukkan suatu relasi paradigmatis yang jelas. Oleh karena itu, dalam menganalisa verba BR perlu adanya kajian yang lebih detail tentang persesuaian. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kajian morfologi dan sintaksis karena apabila tidak terdapat kajian yang mengambil sebuah konklusi yang ilmiah maka bukan tidak mungkin untuk terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan BR.
Salah satu kasus sederhana adalah sebuah kata yang mestinya terdiri atas 2 sampai 3 unsur, namun dianggap sebagai satu kata yang hanya memiliki satu unsur pula. Misalnya: amana’o ‘saya mencuri’ yang terdiri atas proklitik pertama tunggal ama- dan kata na’o ‘curi’. Namun terdapat banyak yang bila memisahkan kedua unsur ini salah dalam pemenggalannya seperti a-mana’o (a- diberlakukan sebagai pemarkah persesuaian dan mana’o diberlakukan sebagai kata dasar mencuri). Selain itu, ada pula yang tidak ingin memenggalnya menjadi dua unsur dan menganggap bahwa amana’o adalah sebuah kata dasar. Oleh karena itu, melalui makalah ini, peneliti menganalisa bagaimana proses terjadinya persesuaian dalam BR dan bentuk-bentuk pemarkah persesuaian, serta fungsinya masing-masing.

2.        Landasan Teori
Istilah persesuaian atau agreement juga dikenal dengan istilah concord ‘konkordansi atau persesuaian’ yang merujuk pada hubungan antara subjek dan verba; agreement ‘persesuaian’ yang merujuk pada pemakaian kata benda dan kata sifat dengan benar; dan congruence ‘kesesuaian, keharmonisan atau kecocokan’ yang mengarah kepada kecocokan sebuah kata dengan kata lain yang menunjukkan tautan gramatik dalam konstruksi sintaksis. Semua istilah ini merujuk pada pengertian yang sama yaitu persesuaian antara satu kata dengan kata lain untuk menunjukkan tautan gramatik dalam suatu kalimat (Alwasilah, 1993:51).
Istilah konkordansi berasal dari bahasa Latin yaitu concordia yang menjelaskan sebuah gagasan yang berhubungan dengan kesesuaian gramatikal (atau keharmonisan) yang mengarah pada gender, numeralia, dan kasus yang membedakan bagian dalam ujaran (Ramey: 2004). Konkordansi adalah suatu kategori gramatikal berupa persesuaian antara kata benda dan kata sifat, atau antara subjek dan predikat. Konkordansi antara kata benda dan adjektif dapat bertalian dengan gendernya, dapat juga bertalian dengan numerinya. Kasus ini banyak ditemukan dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa (Keraf, 1990:116).
Konkordansi bisa terjadi dalam kategori gramatik seperti jumlah, kasus, jenis, pelaku dan sebagainya (Alwasilah, 1993:151). Berikut ini terdapat beberapa definisi tentang konkordansi menurut para ahli bahasa yaitu sebagai berikut: a) konkordansi atau kesesuaian sering dianggap sebagai suatu sarana memarkahi hubungan-hubungan di dalam ujaran. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara subjek dan predikat (Martinet, 1987:127); b) persesuain adalah hubungan antara subjek dan kata kerja (Verhaar, 2006); b) persesuaian yaitu kesepadanan antara unsur-unsur kalimat dalam jenis, jumlah, kasus, persona, dan seterusnya (Kridalaksana, 2008:119).
Perubahan paradigmatis kata kerja yang ekstrim yang berkonkordansi dengan subjeknya dalam bahasa Rote tampak dalam kata ‘makan’ seperti pada contoh berikut ini. (au) u’a ‘saya makan’; (o) mu’a ‘engkau makan’; (ndia) na’a ‘dia makan’; (ai) mi’a ‘kami makan’; (ita) ta’a ‘kita makan’; (ei) mi’a ‘kamu makan’; dan (sila) la’a ‘mereka makan’. Berdasarkan beberapa contoh ini, seperti yang diungkapkan oleh Greenberg bahwa jika subjek atau objek nominal harus berkonkordansi dengan kata kerjanya dalam hal gender, maka adjektifnya pun selalu berkonkonrdansi dengan kata bendanya dalam hal gender dan bila kata kerja dalam sebuah bahasa berkonkordansi dengan subjek atau objek nominal dalam hal gender, maka kata kerjanya harus berkonkordansi pula dengan subjek atau objek nominalnya dalam hal numerus (Keraf, 1990:120).

3.        Pembahasan
Pemadu persesuaian umumnya ditandai dengan klitik pronominal dan afiksasi. Terdapat serangkaian persesuaian yang menunjukkan adanya persesuaian subjek menggunakan klitik pronomina ‘there is set of that show agreement the subject throught the use of pronominal clitics’ (Donohue, 1999:5). Persesuaian dalam BR sebenarnya bukan ditandai dengan prefiks pronominal tetapi lebih tepatnya ditandai oleh proklitik pronomina. Memang dalam beberapa sumber menyatakan bahwa persesuaian dalam BR ditandai dengan pemerian prefiks pada predikat. Namun penulis dapat menggambarkannya sebagai klitik daripada prefiks, karena perilaku variabelnya berkaitan dengan nomina tambahan, dan kemampuan untuk melekat pada kata-kata lebih dari suatu kategori sintaksis, serta kebebasan fonologisnya lebih dari akar verba, dibandingkan dengan prefiks. Selain itu, konsep setiap afiks pada umumnya tidak dapat dijelaskan secara gramatikal tetapi hanya secara leksikal, dan tidak memarkahi suatu nomina sedangkan sebuah klitik dapat dijelaskan baik secara gramatikal maupun secara leksikal dan dapat memarkahi sebuah nomina. Oleh karena itu, pemarkah persesuaian antara subjek dan verba dalam BR pada makalah ini, menggunakan istilah klitik pronomina yang berupa proklitik. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh 10 jenis proklitik yang memarkahi persesuaian subjek dan verba dalam BR yaitu 1) proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l-; 2) proklitik a-, ma-, na-, ta-, dan la-; 3) proklitik aka-, maka-, naka-, taka-, dan laka-; 4) proklitik ama-, mama-, nama-, tama-, dan lama-; 5) proklitik apa-, mapa-, napa-, tapa-, dan lapa-;  6) proklitik anga-, manga-, nanga-, tanga-, dan langa-; 7) proklitik afa-, mafa-, nafa-, tafa-, dan lafa-; 8) proklitik asa-, masa-, nasa-, tasa-, dan lasa-; 9) proklitik ata-, mata-, nata-, tata-, dan lata-; dan 10) proklitik ala-, mala-, nala-, tala-, dan lala-.

3.1    Proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l-
Proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l- berfungsi menunjuk pronomina persona yang terdapat dalam suatu konstruksi sintaksis. Dalam penggunaannya, proklitik Ø (zero) memarkahi persona pertama tunggal (au).[2] Proklitik m- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai), persona kedua tunggal (ó) dan kedua jamak (ei). Proklitik n- memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana). Proklitik t- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita). Proklitik l- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala).[3]
au ‘saya’               Ø
O ‘engkau’           m-
ndia ‘dia’              n-
ai  ‘kami’              m-
ita ‘kita’                t-
ei  ‘kalian’            m-
sila ‘mereka’         l-
Bentuk proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l- hanya dapat dipadukan pada bentuk dasar terikat yang berawal dengan fonem vokal. Unsur-unsur aloleks dari proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l- adalah sebagai berikut: -ita ‘melihat’, -isa ‘membunuh’, -inu ‘minum’, -óké ‘minta’, -émé ‘berasal’, - ‘bilang’, -ala ‘mendapat’, -esik ‘melalui’, -u ‘pergi’, -a’a ‘makan’, -ua ‘bersama’, -eni ‘membawa’, -uma ‘datang dari’. Bentuk-bentuk ini sebagai bentuk pradasar atau calon kata dasar yang bebas bebas. Artinya bentuk-bentuk ini tidak mempunyai makna apabila berdiri sebagai pengisi suatu fungsi dalam konstruksi. Untuk membentuknya menjadi sebuah kata bebas, maka harus dipadukan dengan proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l-. Misalnya prok.ita ‘(subjek) melihat’, prok.oke ‘(subjek) membunuh, prok.inu ‘(subjek) minum’, dan prok.ala ‘(subjek) mendapat’.
Contoh:
(1)
ita tita touk esa mai so
1JInk prok.lihat lelaki satu datang sudah
‘kita melihat satu lelaki sudah datang’
(2)
ami moke kakau nai uma dale
1JEks prok.minta nasi di rumah dalam
‘kami meminta nasi di dalam rumah’
(3)
au inu oe nggalas dua
1T minum air gelas dua
‘saya minum dua gelas air’
(4)
sila lala manu esa
3J prok.dapat ayam satu
‘mereka mendapat satu ekor ayam’
Perpaduan proklitik Ø-, m-, n-, t-, dan l- pada verba yang berawal dengan fonem vokal yang dalam bentuk aloleks menunjukkan perubahan paradigmatis yang teratur adalah -ita ‘melihat’, -oke ‘minta’, -ala ‘dapat’, -inu ‘minum’, -ae ‘bilang’, -isa ‘menghabiskan nyawa’, dan -eme ‘berasal dari’.
Contoh:
(5)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
Ø-
m-
n-
m-
t-
m-
l-
+ -inu
+ -inu
+ -inu
+ -inu
+ -inu
+ -inu
+ -inu
au inu
o minu
ndia ninu
ai minu
ita tinu
ei minu
sila linu
‘saya minum’
‘engkau minum’
‘dia minum’
‘kami minum’
‘kita minum’
‘kalian minum’
‘mereka minum’

Selain itu, terdapat bentuk aloleks dari proklitik
Ø-, m-, n-, t-, dan l- yang perubahan paradigmatisnya tidak beraturan adalah -esik ‘melalui’-a’a ‘makan’, -eu ‘pergi’, -o ‘bersama’, dan -eni ‘membawa’.
Contoh:
(6)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
Ø-
m-
n-
m-
t-
m-
l-
+ -esik
+ -esik
+ -esik
+ -esik
+ -esik
+ -esik
+ -esik
au usik
o musik
ndia nesik
ai misik
ita tesik
ei misik
sila lesik
‘saya melalui’
‘engkau melalui’
‘dia melalui’
‘kami melalui’
‘kita melalui’
‘kalian melalui’
‘mereka melalui’
Berdasarkan contoh di atas, tampak perubahan fonem /e/ dalam -esik yang mengambil unsur varian /u/ untuk pronomina persona pertama dan kedua tunggal, varian /i/ untuk persona pertama jamak eksklusif dan persona kedua jamak.




3.2    Proklitik a-, ma-, na-, ta-, dan la-
Proklitik a- berfungsi memarkahi persona pertama tunggal (au).[4] Proklitik ma- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai), persona kedua tunggal (ó) dan kedua jamak (ei).[5] Proklitik na- memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana).[6] Proklitik ta- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita). Proklitik la- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala).[7]
au (saya)               a-
ó (engkau)                        ma-
ndia (dia)              na-
ai (kami)               ma-
ita (kita)                ta-
ei (kalian)             ma-
sila (mereka)         la-
Selain bentuk bebas yang dipadukan dengan proklitik a-, ma-, na-, ta dan la-, terdapat bentuk terikat yang beraloleks dengan proklitik ini adalah -bódé ‘berkelahi’, -bu ‘merubuhkan’, -dai ‘memasukan’, -dénékerjasama, -denu ‘menyuruh’, -diu ‘mandi’, -fada ‘memberitahu’, -funi ‘sembunyi’, -hani ‘menunggu’, -lai ‘lari’, -le’a ‘berselisih’, -lelak ‘paham, tahu’, - ‘panggil’, -lou ‘basuh muka’, -kau ‘berteriak’, -ka’uk membuka (mulut), -meda ‘merasa’, -nda ‘bertepatan’, -nea ‘menjaga’, -neta ‘bertemu’, -nggou ‘panggil’, -noli ‘belajar’, -posi ‘lepas’, -sai ‘menggugurkan’, -salé ‘menghadap’, -soda ‘hidup’, -ta ‘menjawab’, -tané ‘bertanya’, -teapamit, -tingga ‘kuat, keras’, -toi ‘mengubur’, dan -tonda ‘rampas’. Misalnya kata -nea yang merupakan calon kata dasar ‘menjaga’ yang bila berdiri sendiri tidak bermakna dalam BR tetapi jika diberi proklitik maka membentuk kata bebas dalam konstruksi sintaksis.
Contoh:
(7)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
a-
ma-
na-
ma-
ta-
ma-
la-
+ -nea
+ -nea
+ -nea
+ -nea
+ -nea
+ -nea
+ -nea
au anea
o manea
ndia nanea
ai manea
ita tanea
ei manea
sila lanea
‘saya menjaga’
‘engkau menjaga’
‘dia menjaga’
‘kami menjaga’
‘kita menjaga’
‘kalian menjaga’
‘mereka menjaga’
Pemberian proklitik a-, ma-, na-, ta- dan la- pada verba dasar bebas yang berawal dengan fonem konsonan berfungsi membentuk verba transitif menjadi verba intransitif. Misalnya kata tonggo ‘bertemu’ adalah verba transitif namun bila dipadukan dengan proklitik maka berubah menjadi verba intransitif yang tampak pada contoh (8) dan (9).
()       (8)
au tonggo kode
1T bertemu kera
‘saya bertemu kera’

()       (9)
au atonggo uan
1T prok.bertemu dengan.enk
‘saya bertemu dengannya
Perpaduan proklitik a-, ma-, na-, ta-, dan la- pada nomina berfungsi membentuk verba intransitif pada nomina yang tidak dapat dihitung dan verba yang bermakna posesif pada nomina yang dapat dihitung. Misalnya kata luu ‘air mata’ dan kata kapa ‘kerbau’ pada contoh (10) dan (11).
()       (10)
ei maluu
2J prok.air mata
‘kalian menangis’
()       (11)
ana nabulu
3T prok.bulu
‘ia berbulu’

3.3    Proklitik aka-, maka-, naka-, taka-, dan laka-
Proklitik aka- memarkahi persona pertama tunggal.[8] Proklitik maka- memarkahi persona pertama jamak eksklusif, persona kedua.[9] Proklitik naka- memarkahi persona ketiga tunggal.[10] Proklitik taka- memarkahi persona pertama jamak inklusif.[11] Proklitik laka- memarkahi persona ketiga jamak.[12]
au ‘saya’               aka-
o   ‘engkau’          maka-
ndia ‘dia’              naka-
ai  ‘kami’              maka-
ita ‘kita’                taka-
ei  ‘kalian’                        maka-
sila ‘mereka’         laka-
Berikut ini daftar bentuk terikat yang beraloleks dengan proklitik /aka-/, /maka-/, /naka-/, /taka-/, dan /laka-/ adalah -balé ‘bergerak’, -balu ‘melindungi’, -bani ‘berharap’, -boi ‘memelihara’, -boku ‘melompat’, -buik ‘menyusul’, -daik ‘menambah’, -di ‘merintih’, -dita ‘menempel’, -dóé ‘(menjadi) basah’, -dótó ‘mendidihkan’, -fombo ‘berontak’, -hei ‘mengiakan’, -hóé ‘membasahi’, -hola ‘telanjang’, -huluk ‘mendahului’, -léé ‘menghalangi’, -luu ‘bergegas’, -luku ‘membungkuk’, -madak ‘ganti pakaian’, -méé ‘mengembik’, -minak ‘bermain’, -muti ‘memfitnah’, -mbe’uk ‘berbaring’, -naé ‘melihat’, -nasa ‘memaksa’, -neni ‘mengikuti’, -nété ‘menekan’, -ndaa ‘ragu’, -ndé’é ‘menahan (air)’, -ndolu ‘menatapi’, -seti ‘memaksa’, -sóé ‘beribut’, -tabé ‘mengapit’, -talik ‘bergaul’, -télé ‘tunduk’, -tema ‘menutup’, dan -tunu ‘terantuk’.
Bentuk proklitik aka-, maka-, naka-, maka-, taka-, maka-, dan laka- dalam proses perpaduannya mengubah verba terikat menjadi verba bebas. Verba terikat diperlakukan sebagai bentuk dasar terikat yang dapat berfungsi dalam konstruksi bila dipadukan proklitik sedangkan . Berdasarkan aloleksnya, proklitik aka-, maka-, naka-, maka-, taka-, maka-, dan laka- memiliki bentuk terikat hanya dapat dipadukan dengannya tanpa dapat diganti oleh bentuk proklitik yang lain. Misalnya kata -tunu ‘terantuk’ pada contoh (12).
()       (12)
ana nakatunu
3T prok.terantuk
‘ia merendah’
Dalam hal pembentukan verba kausatif, proklitik aka-, maka-, naka-, taka-, dan laka- dapat dipadukan pada bentuk dasar baik kategori nomina, verba, adjektiva, maupun numeralia. Bentuk dasar terlebih dahulu direduplikasi secara parsial kemudian diberi sufiks penentu -k. Misalnya kata tónggó ‘bertemu’ pada contoh (13).
(13)
au
O
ndia
ai
ita
ei
ala
aka-
maka-
naka-
maka-
taka-
maka-
laka-
totonggo
totonggo
totonggo
totonggo
totonggo
totonggo
totonggo
+ -k
+ -k
+ -k
+ -k
+ -k
+ -k
+ -k
au akatotonggok asa ‘saya mempertemukan mereka’
O makatotonggok asa ‘kau mempertemukan mereka’
ana nakatotonggok asa ‘ia mempertemukan mereka’
ai makatotonggok asa ‘kami mempertemukan mereka’
ita takatotonggok asa ‘kita mempertemukan mereka’
ei makatotonggok asa ‘kalian mempertemukan mereka’
ala lakatotonggok asa ‘mereka mempertemukan mereka’
Contoh lain pada kategori verba, nomina adjektiva, dan numeralia seperti pada kata la ‘terbang’, buna ‘bunga’, hina ‘luka’, mae ‘malu’, dan esa ‘satu’ pada contoh (14) sampai (18).
()       (14)
ala lakalalaak manupui a
3J prok.redpar.terbang burung itu
mereka menerbangkan burung itu’
(15)
ei makabubunak ndia doin
2J prok.redpar.bunga.sufpen dia uang.enkpos
kalian membungakan uangnya
(16)
au akahihinak ndia dalen
1T prok.redpar.luka.sufpen dia hati.enkpos
‘saya melukai hatinya’
(17)
ita takamamaek ana
1JInk prok.redpar.malu.sufpen dia
‘kita mempermalukannya’
(18)
ai makae’esak sila bobonggin ala
1JEks prok.redpar.satu.sufpen mereka keluarga.enkpos mereka
‘kami mempersatukan keluarganya’

3.4    Proklitik amba-, mamba-, namba-, tamba-, dan lamba-
Proklitik amba- memarkahi persona pertama tunggal (au ‘saya’).[13] Proklitik mamba- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai ‘kami’) dan persona kedua baik tunggal (ó ‘engkau’) maupun jamak (ei ‘kalian’).[14] Proklitik namba- digunakan untuk memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana ‘dia’).[15] Proklitik tamba- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita ‘kita’).[16] Proklitik lamba- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala ‘mereka’).[17]
au ‘saya’               amba-
o   ‘engkau’          mamba-
ndia ‘dia’              namba-
ai  ‘kami’              mamba-
ita ‘kita’                tamba-
ei  ‘kalian’            mamba-
sila ‘mereka’         lamba-
Beberapa verba yang dipadukan dengan jenis proklitik ini adalah -dei ‘berdiri’, -kai ‘menggapai’, dan -lani ‘berani’. Apabila dilekatkan proklitik maka akan berdiri sebagai kata bebas dalam konstruksi sintaksis, seperti kata -dei ‘berdiri’ dan -lani ‘berani’ pada contoh (19) dan (20).
(19)
au ambadei nai deak
2J prok.berdiri di luar
‘saya berdiri di luar’
(20)
ana nambalani la’o eik losa Ba’a
3T prok.berani jalan kaki sampai Ba’a
‘ia berani berjalan kaki sampai Ba’a’
Setiap verba yang beraloleks dengan proklitik ini bila diubah menjadi verba kausatif pun pemarkah proklitiknya tidak berubah seperti pada contoh (21) dan (22).
(21)
au ambadedei uma
2J prok.redpar.berdiri rumah
‘saya mendirikan rumah’
(22)
ana nambalalani aon
3T prok.redpar.berani diri.enkpos
‘ia memberanikan dirinya’

3.5    Proklitik ama-, mama-, nama-, tama-, dan lama-
Proklitik ama- memarkahi persona pertama tunggal (au).[18] Proklitik mama- memarkahi persona jamak eksklusif (ai), persona kedua tunggal (ó) dan jamak (ei).[19] Proklitik nama- memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana).[20] Proklitik tama- memar-kahi persona pertama jamak inklusif (ita). Proklitik lama- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala).[21]
au ‘saya’               ama-
o   ‘engkau’          mama-
ndia ‘dia’              nama-
ai  ‘kami’              mama-
ita ‘kita’                tama-
ei  ‘kalian’            mama-
sila ‘mereka’         lama-
Proklitik yang dilekatkan pada adjektiva pada umumnya berfungsi menderivasikan kategori adjektiva menjadi verba deadjektival dalam konstruksi sintaksis. Apabila proklitik dipadukan dengan bentuk adjektiva yang predikatif, maka adjektiva tersebut berubah menjadi kategori verba ekuatif. Bentuk proklitik pronominal yang dilekatkan pada adjektiva yang predikatif mengandung makna translatif. Makna translatif merupakan makna yang menyatakan perubahan keadaan atau situasi pada nomina atau sejenisnya. Misalnya adjektiva lasi ‘tua’, nggoa ‘bodoh’, dema ‘tinggi’, dan su’i ‘kaya’ yang dipadukan dengan proklitik pronominal dalam fungsi sintaksis akan menghasilkan verba ekuatif yang predikatif seperti prok.lasi ‘(subjek) menjadi tua’, prok.nggoa ‘(subjek) menjadi bodoh’, prok.dema ‘(subjek) menjadi tinggi’ dan prok.su’i ‘menjadi kaya’. Contoh:
(22)
O mamanggoa so
2T prok.bodoh sudah
‘engkau sudah menjadi bodoh’
(23)
ita tamasu’i
1JInk prok.kaya
‘kita menjadi kaya’
Pada contoh (22) dan (23) di atas, tampak bahwa proklitik yang dipadukan pada adjektiva mengandung makna translatif yakni adjektiva nggoa bodohdan su’i ‘kaya’ dipadukan dengan proklitik ama-, mama-, nama-, tama-, dan lama- maka memberikan makna bahwa subjek yang belum ‘tinggi’ berubah keadaannya menjadi ‘tinggi’ atau yang kaya menjadi kaya. Dikatakan sebagai verba ekuatif karena tidak secara langsung memverbalkan adjektiva seperti ‘meninggikan’, tetapi memiliki unsur pemarkah verba ekuatif yakni ‘menjadi’ atau merubah keadaan sebelumnya.
Selain perpaduan proklitik ama-, mama-, nama-, mama-, tama-, mama-, dan lama- pada adjektiva, terdapat beberapa verba terikat yang dapat dipadukan dengan proklitik ini. Misalnya -néné ‘mendengar’, -tani ‘menangis’, hélé ‘per-caya’, dan -sóó ‘bersumpah’. Apabila bentuk verba ini dipadukan dengan proklitik maka akan membentuk verba bebas dalam konstruksi sintaksis seperti prok.néné ‘(subjek) mendengar’, prok.tani ‘(subjek) menangis’, prok.hélé ‘(subjek) percaya’, dan prok.sóó ‘(subjek) bersumpah’. Contoh:
(24)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
ama-
mama-
nama-
mama-
tama-
mama-
lama-
+ -nene
+ -nene
+ -nene
+ -nene
+ -nene
+ -nene
+ -nene
au anene
o manene
ndia nanene
ai manene
ita tanene
ei manene
sila lanene
‘saya mendengar’
‘engkau mendengar’
‘dia mendengar’
‘kami mendengar’
‘kita mendengar’
‘kalian mendengar’
‘mereka mendengar’

3.6    Proklitik angga-, mangga-, nangga-, tangga-, dan langga-
Proklitik angga- memarkahi persona pertama tunggal (au ‘saya’).[22] Proklitik mangga- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai ‘kami’) dan persona kedua baik tunggal (ó ‘engkau’) maupun jamak (ei ‘kalian’).[23] Proklitik nangga- digunakan untuk memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana ‘dia’).[24] Proklitik tangga- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita ‘kita’).[25] Proklitik langga- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala ‘mereka’).[26]
au ‘saya’               angga-
o   ‘engkau’          mangga-
ndia ‘dia’              nangga-
ai  ‘kami’              mangga-
ita ‘kita’                tangga-
ei  ‘kalian’            mangga-
sila ‘mereka’         langga-
Verba yang dipadukan dengan proklitik ini merupakan verba terikat yang beraloleks. Misalnya: -móék ‘berkemih’, -tuuk ‘duduk’, -deak ‘berak’, -dila ‘mengilaukan’, dan -lédó ‘menerangi’. Contoh:
(25)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
angga-
mangga-
nangga-
mangga-
tangga-
mangga-
langga-
+ -tuuk
+ -tuuk
+ -tuuk
+ -tuuk
+ -tuuk
+ -tuuk
+ -tuuk
au anggatuuk
o manggatuuk
ndia nanggatuuk
ai manggatuuk
ita tanggatuuk
ei manggatuuk
sila langgatuuk
‘saya mendengar’
‘engkau mendengar’
‘dia mendengar’
‘kami mendengar’
‘kita mendengar’
‘kalian mendengar’
‘mereka mendengar’
Setiap verba yang beraloleks dengan proklitik ini bila diubah menjadi verba kausatif pun pemarkah proklitiknya tidak berubah seperti pada contoh (26) dan (27).
(26)
ala langgatutuun nai mamanan so
3J prok.redpar.duduk.sufpen di tempat.sufpen sudah
‘mereka sudah mendudukannya di tempatnya’
(27)
ana sulak nanggaleledo naden
3T tulis prok.redpar.terang nama.enkpos
‘ia menulis memperjelas namanya’

3.7    Proklitik afa-, mafa-, nafa-, tafa-, dan lafa-
Proklitik afa- memarkahi persona pertama tunggal (au ‘saya’).[27] Proklitik mafa- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai ‘kami’) dan persona kedua baik tunggal (ó ‘engkau’) maupun jamak (ei ‘kalian’). Proklitik nafa- digunakan untuk memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana ‘dia’).[28] Proklitik tangga- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita ‘kita’). Proklitik lafa- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala ‘mereka’).[29]
au ‘saya’               afa-
o   ‘engkau’          mafa-
ndia ‘dia’              nafa-
ai  ‘kami’              mafa-
ita ‘kita’                tafa-
ei  ‘kalian’                        mafa-
sila ‘mereka’         lafa-
Verba terikat yang beraloleks dengan bentuk proklitik ini adalah -nió ‘membawa’, -léndé ‘ingat’, -léndé heni ‘lupa’, -nggi ‘menjujung’, -la'u ‘meraba’, dan -lóé ‘merogok’. Hasil perpaduannya seperti pada contoh (28).
(28)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
afa-
mafa-
nafa-
mafa-
tafa-
mafa-
lafa-
+ -lende
+ -lende
+ -lende
+ -lende
+ -lende
+ -lende
+ -lende
au anfalende
o manfalende
ndia nanfalende
ai manfalende
ita tanfalende
ei manfalende
sila lanfalende
‘saya ingat’
‘engkau ingat’
‘dia ingat’
‘kami ingat’
‘kita ingat’
‘kalian ingat’
‘mereka ingat’
Dalam membentuk verba kausatif, verba yang beraloleks dengan proklitik ini tetap menggunakan proklitiknya. Prosesnya hanya bentuk dasar mengalami reduplikasi parsial dan diberi sufiks penentu -k. Contoh:
(29)
au afalelendek ana
1T prok.redpar.ingat 3T
‘saya mengingatkan dia’

3.8    Proklitik asa-, masa-, nasa-, tasa-, dan lasa-
Proklitik asa- memarkahi persona pertama tunggal (au ‘saya’).[30] Proklitik masa- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai ‘kami’) dan persona kedua baik tunggal (ó ‘engkau’) maupun jamak (ei ‘kalian’).[31] Proklitik nasa- digunakan untuk memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana ‘dia’).[32] Proklitik tasa- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita ‘kita’). Proklitik lasa- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala ‘mereka’).[33]
au ‘saya’               asa-
o   ‘engkau’          masa-
ndia ‘dia’              nasa-
ai  ‘kami’              masa-
ita ‘kita’                tasa-
ei  ‘kalian’                        masa-
sila ‘mereka’         lasa-
Verba terikat yang dapat dipadukan dengan jenis proklitik ini adalah -neda ‘ingat’, -la’é ‘bersandar, berharap’, -maó ‘pelihara’, -lai ‘sandar’, -kué ‘menancapkan’, -palak ‘membentak’, -dea ‘membelakangi’, -ndali ‘menukar, mengganti’, dan -fali ‘berbalik’. Hasil perpaduan pada proklitik dalam konstruksi sintaksis dapat dilihat pada contoh (30).
(30)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
asa-
masa-
nasa-
masa-
tasa-
masa-
lasa-
+ -palak
+ -palak
+ -palak
+ -palak
+ -palak
+ -palak
+ -palak
au asapalak
o masapalak
ndia nasapalak
ai masapalak
ita tasapalak
ei masapalak
sila lasapalak
‘saya membentak’
‘engkau membentak’
‘dia membentak’
‘kami membentak’
‘kita membentak’
‘kalian membentak’
‘mereka membentak’
Apabila bentuk verba ini diberi proklitik persesuaian dengan mengalami reduplikasi parsial maka membentuk verba yang bermakna kegiatan yang dilakukan berulang-ulang atau terus menerus. Contoh:
(31)
ana nasapapalak au
3T prok.redpar.bentak.sufpen 1T
‘ia membentak saya terus menerus’
(32)
au asalalaik kadela
1T prok.redpar.sandar.sufpen kursi
‘saya bersandar-sandar di kursi’

3.9    Proklitik ata-, mata-, nata-, tata-, dan lata-
Proklitik ata- memarkahi persona pertama tunggal (au ‘saya’).[34] Proklitik mata- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai ‘kami’) dan persona kedua baik tunggal (ó ‘engkau’) maupun jamak (ei ‘kalian’).[35] Proklitik nata- digunakan untuk memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana ‘dia’).[36] Proklitik tata- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita ‘kita’). Proklitik lata- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala ‘mereka’).[37]
au ‘saya’               ata-
o   ‘engkau’          mata-
ndia ‘dia’              nata-
ai  ‘kami’              mata-
ita ‘kita’                tata-
ei  ‘kalian’                        mata-
sila ‘mereka’         lasa-
Verba terikat yang dapat dipadukan dengan jenis proklitik ini adalah -néé ‘menadah’, -fali ‘kembali’, -hu’a ‘membuka’, -lólémembaik’, -naé’ ‘memandang’, -nadé ‘menamai’, dan -hii ‘memiringkan’. Hasil perpaduannya dengan proklitik pronominal dalam konstruksi terdapat pada contoh (33).
(33)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
ata-
mata-
nata-
mata-
tata-
mata-
lata-
+ -hii
+ -hii
+ -hii
+ -hii
+ -hii
+ -hii
+ -hii
au atahii
o matahii
ndia natahii
ai matahii
ita tatahii
ei matahii
sila latahii
‘saya memiringkan’
‘engkau memiringkan’
‘dia memiringkan’
‘kami memiringkan’
‘kita memiringkan’
‘kalian memiringkan’
‘mereka memiringkan’
Dalam membentuk verba kausatif, verba yang beraloleks dengan proklitik ini tetap menggunakan proklitiknya. Prosesnya hanya bentuk dasar mengalami reduplikasi parsial tanpa diberi sufiks penentu -k. Contoh:
(34)
ai matalolole uma
1JEks prok.redpar.baik rumah
‘kami memperbaiki rumah’
(35)
ita tatahihii buas
1JInk prok.redpar.miring bakul
‘kita memiringkan bakul’

3.10Proklitik ala-, mala-, nala-, tala-, dan lala-
Proklitik ala- memarkahi persona pertama tunggal (au ‘saya’).[38] Proklitik mala- memarkahi persona pertama jamak eksklusif (ai ‘kami’) dan persona kedua baik tunggal (ó ‘engkau’) maupun jamak (ei ‘kalian’).[39] Proklitik nala- digunakan untuk memarkahi persona ketiga tunggal (ndia/ana ‘dia’).[40] Proklitik tala- memarkahi persona pertama jamak inklusif (ita ‘kita’). Proklitik lala- memarkahi persona ketiga jamak (sila/ala ‘mereka’).[41]
au ‘saya’               ala-
o   ‘engkau’          mala-
ndia ‘dia’              nala-
ai  ‘kami’              mala-
ita ‘kita’                tala-
ei  ‘kalian’            mala-
sila ‘mereka’         lala-
Bentuk proklitik ini terbatas pada verba terikat -mei ‘menjilat’ dan -me'i ‘mimpi’. Kedua verba ini merupakan bentuk aloleks dari jenis proklitik ini sehingga tidak dapat dipadukan dengan jenis proklitik yang lainnya. Hasil perpaduannya dapat dilihat pada contoh (36).
(36)
au
O
ndia
ai
ita
ei
sila
ala-
mala-
nala-
mala-
tala-
mala-
lata-
+ -me’i
+ -me’i
+ -me’i
+ -me’i
+ -me’i
+ -me’i
+ -me’i
au alame’i
o malame’i
ndia nalame’i
ai malame’i
ita talame’i
ei malame’i
sila lalame’i
‘saya mimpi’
‘engkau mimpi’
‘dia mimpi’
‘kami mimpi’
‘kita mimpi’
‘kalian mimpi’
‘mereka mimpi’
Apabila bentuk verba ini diberi proklitik persesuaian dengan mengalami reduplikasi parsial maka membentuk verba yang bermakna kegiatan yang dilakukan berulang-ulang atau terus menerus. Contoh:
(37)
sila lalamemei man ala
3J prok.redpar.jilat lidah.enkpos 3J
‘mereka menjilat-jilat lidah mereka’

4.        Penutup
Berdasarkan hasil pembahasan makalah ini maka terdapat beberapa simpulan tentang persesuaian subjek-verba dalam BR adalah sebagai berikut:
a)        Persesuaian dalam BR ditandai dengan proklitik pada jenis kata nomina, adjektiva, numeralia, dan verba untuk membentuk verba dan jenisnya.
b)        BR memiliki 10 jenis proklitik yang memarkahi persesuaian subjek dan verba yaitu 1) proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l-; 2) proklitik a-, ma-, na-, ta-, dan la-; 3) proklitik aka-, maka-, naka-, taka-, dan laka-; 4) proklitik ama-, mama-, nama-, tama-, dan lama-; 5) proklitik apa-, mapa-, napa-, tapa-, dan lapa-;  6) proklitik anga-, manga-, nanga-, tanga-, dan langa-; 7) proklitik afa-, mafa-, nafa-, tafa-, dan lafa-; 8) proklitik asa-, masa-, nasa-, tasa-, dan lasa-; 9) proklitik ata-, mata-, nata-, tata-, dan lata-; dan 10) proklitik ala-, mala-, nala-, tala-, dan lala-.
c)        Proklitik Ø, m-, n-, t-, dan l- terjadi pada bentuk dasar terikat yang berawal dengan fonem vokal dengan unsur aloleks tertentu untuk membentuk verba tersebut menjadi bentuk bebas dalam konstruksi sintaksis.
d)       Proklitik a-, ma-, na-, ta dan la- terjadi pada bentuk terikat dengan unsur aloleks tertentu untuk membentuk verba bebas dalam konstruksi sintaksis, pada verba dasar bebas yang berawal dengan fonem konsonan berfungsi membentuk verba transitif menjadi verba intransitif, pada nomina yang berfungsi membentuk verba intransitif pada nomina yang tidak dapat dihitung dan verba yang bermakna posesif pada nomina yang dapat dihitung.
e)        Proklitik aka-, maka-, naka-, taka-, dan laka- terjadi pada bentuk dasar terikat pada unsur aloleks tertentu yang berfungsi membentuk verba bebas pada konstruksi sintaksis dan pada bentuk dasar bebas baik kategori nomina, verba, adjektiva, maupun numeralia untuk membentuk verba kausatif.
f)         Proklitik ama-, mama-, nama-, tama-, dan lama- terjadi pada adjektiva yang berfungsi menderivasikan kategori adjektiva menjadi verba deadjektival yang translatif dalam konstruksi sintaksis.
g)        Proklitik angga-, mangga-, nangga-, tangga-, dan langga-; proklitik afa-, mafa-, nafa-, tafa-, dan lafa-; proklitik asa-, masa-, nasa-, tasa-, dan lasa-; proklitik amba-, mamba-, namba-, tamba-, dan lamba-; proklitik ata-, mata-, nata-, tata-, dan lata-; serta proklitik ala-, mala-, nala-, tala-, dan lala- terbatas pada verba terikat dengan unsur aloleks tertentu yang berfungsi untuk membentuk verba terikat menjadi verba bebas dalam konstruksi sintaksis.

5.        Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2011. Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Aritonang, Buha. 2016. Fonetik dan Fonologi Bahasa Rote. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Balukh, Jermy. 2006. Bahasa Rote. Kupang: UPT Bahasa Nusa Tenggara Timur.
Balukh, Jermy. 2008. Pembentukan Verba nana- -k dalam Bahasa Rote: Antara Pasif dan Antikausatif. Linguistika Vol. 15 No. 29 Hal. 257-275.
Balukh, Jermy. 2012. Pemetaan Bahasa Daerah di Kabupaten Rote Ndao. Kupang: UPT Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bailey, Laura L. Dan Michelle Sheehan (ed). 2018. Order and Structure in Syntax 1: Word Order and Syntax Structure. Berlin: Language Science Press.
Chaer, Abdul. 2009. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chelliah, Shobhana dan Willem Rouse. 2011. Handbook of Descriptive Linguistic Fieldwork. New York: Springer.
Fox, James. 2010. Master Poets, Ritual Master: The Art of Oral Composition Among the Rotinese of Eastern Indonesia. Canberra: Australian National University Press.
Fox, James. 2014. Explorations in Semantic Parallelism. Canberra: Australian National University Press.
Haning, Paul. 2009. Bahasa & Sastra Rote. Kupang: CV. Kairos.
Ingguoe, Leksi. 2012. Konkordansi Bahasa Rote Dialek Loleh. Kupang: Universitas Nusa Cendana. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa dan Seni.
Ingguoe, Leksi. 2015. Tata Bahasa Rote. Yogyakarta: Deepublish.
Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Tipologis. Jakarta: PT. Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Loe, Erwin Yohanis dan Ni Luh Sutjiati Beratha. 2017. Reduplikasi Bahasa Rote Dialek Dengka: Kajian Morfologi Generatif. Mozaik Humaniora Vol. 17 (1): 22-44.
Muis, Abdul, dkk. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pokharel, Madhav P. 2010. Noun Class Agreement in Nepali. Kobe Papers in Linguistics Vol. 7:40-59.
Ramey, William. 2009. Grammatical Concord and The Greek Article as It Related to Nouns, Morphology: The Nominal System (Part 2). http://www.pdfound.com/pdf/concord.html.
Rivay, Ovi, dkk. 2016. Penyusunan Sistem Morfosintaksis Bahasa Rote di Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sawaki, Yusuf Willem. A Grammar of Wooi: An Austronesian Language of Yapen Island, Western New Guinea. 2016. Canberra: A Thesis Submitted fo the Degree of Doctor of Philosophy of the Australian National University.


[1] Makalah ini dikirim untuk mengikuti seleksi pemakalah Kongres Bahasa Indonesia XI di Jakarta tanggal 28-31 Oktober 2018 diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
[2] Pemarkah persona pertama tunggal Ø (zero) dalam dialek Bokai, Bilba, dan Korbaffo menggunakan proklitik k-. misalnya: óké ‘saya minta’ menjadi kóké ‘saya minta’.
[3] Pemarkah persona ketiga jamak l- dalam dialek Ringgou, Thie, dan Oenale menggunakan proklitik r-. misalnya: linu ‘mereka minum’ menjadi rinu ‘mereka minum’.
[4] Proklitik a- digunakan di Dengka dan Oenale dengan variasi u-, sedangkan di Bokai, Bilba dan Korbaffo menggunakan ka-. Misalnya: alai ‘saya lari’ menjadi ulai ‘saya lari’ dan kalai ‘saya lari’.
[5] Proklitik ma- di Dengka dan Oenale menggunakan mu- untuk pertama tunggal, sedangkan pemarkah persona pertama jamak eksklusif dan kedua jamak menggunakan mi-. Misalnya: mameda ‘engkau/kami/kalian merasa’ mmenjadi mumeda ‘engkau merasa’ dan mimeda ‘kami/kalian merasa’.
[6] Proklitik na- digunakan di Ba’a dengan variasi ni-. Sedangkan Thie selain menggunakan na- (untuk orang) dan i- untuk non-orang.
[7] Pemarkah persona ketiga jamak la- dalam dialek Ringgou, Thie, dan Oenale digunakan proklitik ra-. misalnya: ladenu ‘mereka menyuruh’ menjadi radenu ‘mereka menyuruh’.
[8] Korbaffo, Bokai Bilba menggunakan /kaka-/, Ringgou, Landu, dan Oepao menggunakan /a’a-/ sedangkan Dengka dan Oenale menggunakan /u’u-/, misalnya kakamina ‘saya bermain’, a’amina’ ‘saya bermain’ dan u’umina’ ‘saya bermain’.
[9] Dengka dan Oenale menggunakan mu’u- pada persona kedua tunggal dan mi’i- pada persona pertama jamak eksklusif dan kedua jamak. Misalnya mu’umina’ ‘engkau bermain’, mi’imina’ ‘kami bermain’.
[10] Ba’a dan Loleh menggunakan niki- (nikiminak ‘dia bermain’); Thie menggunakan naka- dan iki- (nakaminak dan ikiminak ‘dia bermain’); dan Dengka, Oenale dan Ringgou menggunakan na’a- (na’amina’ ‘dia bermain’).
[11] Dengka, Oenale dan Ringgou menggunakan ta’a- dalam ta’amina’ ‘kita bermain’.
[12] Thie menggunakan raka- (rakaminak ‘mereka bermain’); Ringgou dan Oenale menggunakan ra’a- (ra’amina’ ‘mereka bermain’); dan Dengka menggunakan la’a- (la’amina’ ‘mereka bermain’).
[13] Dialek Termanu, Bokai, Bilba dan Ringgou menggunakan apa-; Dialek Dengka dan Oenale menggunakan umbu- sedangkan Korbaffo menggunakan kapa-.
[14] Dialek Termanu, Bokai, Bilba Korbaffo dan Ringgou menggunakan mapa-; Dialek Dengka dan Oenale menggunakan mumbu- pada persona kedua tunggal sedangkan pada persona pertama jamak eksklusif dan kedua jamak digunakan mimbi-.
[15] Dialek Termanu, Bokai, Bilba dan Ringgou menggunakan napa-; Dialek nimbi-; dialek Thie menggunakan namba- dan imbi-.
[16] Dialek Termanu, Bokai, Bilba, Korbaffo dan Ringgou menggunakan tapa.
[17] Dialek Termanu, Bokai, Bilba dan Korbaffo menggunakan lapa-; Dialek Oenale menggunakan ramba-; Sedangkan Ringgou menggunakan rapa-.
[18] Proklitik ama- digunakan di Dengka dan Oenale dengan variasi umu-, sedangkan di Bokai, Bilba dan Korbaffo menggunakan kama-.
[19] Di Dengka dan Oenale, proklitik yang memarkahi persona kedua tunggal adalah mumu-, sedangkan pemarkah persona pertama jamak eksklusif dan kedua jamak adalah mimi-.
[20] Proklitik /nama-/ digunakan di Loleh dengan variasi /nimi-/ sedangkan Thie menggunakan /nama-/ dan /imi-/.
[21] Pemarkah persona ketiga jamak (lama-) dalam dialek Ringgou, Thie, dan Oenale digunakan proklitik rama-.
[22] Dialek Termanu, Bokai, dan Bilba menggunakan anga-; Ringgou menggunakan a-; sedangkan Korbaffo menggunakan kanga- Contoh: anggatuuk, angatuuk, atuu’ dan kangatuu’ ‘saya duduk’.
[23] Dialek Termanu, Bokai, Bilba Korbaffo dan Ringgou menggunakan manga-; Ringgou menggunakan ma-. Contoh: manggatuuk, dan matuu’ ‘engkau, kami, kalian duduk’.
[24] Dialek Termanu, Bokai, Bilba dan Korbaffo menggunakan nanga-; Ringgou menggunakan na-; Loleh menggunakan ninggi-; dan Thie menggunakan nangga- dan inggi-. Contoh: nanggatuuk/inggituuk, natuu’, dan ninggituuk ‘dia duduk’.
[25] Dialek Termanu, Bokai, Bilba, Korbaffo dan Ringgou menggunakan tanga-, dan Ringgou menggunakan ta-. Contoh: tangatuuk dan tatuu’ ‘kita duduk’.
[26] Dialek Termanu, Bokai, Bilba dan Korbaffo menggunakan langa-; Thie menggunakan rangga-; Sedangkan Ringgou menggunakan ra-. Contoh: ranggatuuk, langatuuk, dan ratuu’ ‘mereka duduk’.
[27] Dialek Korbaffo menggunakan kafa-.
[28] Dialek Loleh menggunakan nifi-; dan Thie menggunakan nafa- dan ifi-.
[29] Ringgou, dan Thie menggunakan rafa-.
[30] Dialek Dengka dan Oenale menggunakan usu-
[31] Dialek Dengka dan Oenale menggunakan musu- pada persona kedua tunggal sedangkan pada persona pertama jamak eksklusif, sedangkan kedua jamak digunakan misi-.
[32] Dialek Loleh menggunakan nisi-; Thie menggunakan nasa- dan isi-.
[33] Dialek Thie, Ringgou, dan Oenale menggunakan rasa.
[34] Dialek Dengka dan Oenale menggunakan utu-
[35] Dialek Dengka dan Oenale menggunakan mutu- pada persona kedua tunggal sedangkan pada persona pertama jamak eksklusif, sedangkan kedua jamak digunakan miti-.
[36] Dialek Loleh menggunakan niti-; Thie menggunakan nata- dan iti-
[37] Dialek Thie, Ringgou, dan Oenale menggunakan rata.
[38] Dialek Dengka dan Oenale menggunakan ulu-
[39] Dialek Dengka dan Oenale menggunakan mulu- pada persona kedua tunggal sedangkan pada persona pertama jamak eksklusif, sedangkan kedua jamak digunakan mili-.
[40] Dialek Loleh menggunakan niti-; Thie menggunakan nara-
[41] Dialek Thie, Ringgou, dan Oenale menggunakan rara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar