Kamis, 09 Agustus 2018

SEJARAH NAMA PULAU ROTE

Sejarah Nama Pulau Rote

1.    Nama Purba
Sejak kedatangan Rote Nes di pulau Rote sekitar tahun 400-450 SM, pulau ini disebut dengan nama Kale. Tidak diketahui arti dari nama ini baik dari segi etimologis, legenda, maupun dari sejarahnya. Namun sampai sekarang dalam cerita rakyat orang Rote selalu disebut Lote Daen do Kale Oen (Tanah Rote dan Air Kale). Istilah Kale pun menjadi nama yang selalu diidentikan dengan nama Lote yang biasanya digunakan dalam cerita rakyat seperti dalam kutipan berikut:
Hida bei fan ma dato bei don ele
‘pada waktu jaman dahulu’
hataholi bei ta Lote ma andiana bei ta Kale
‘belum ada orang di Rote dan belum ada insan di Kale’
de bei ta loke lae Lote ma bei ta hule lae Kale
‘sehingga belum disebut Lote dan belum disapa Kale’.
Dalam penamaan ini, istilah Lote atau Rote yang menjadi nama pulau sampai sekarang selalu diceritakan bagaimana nama itu ada, sedangkan Kale telah hilang dalam legenda dan hanya menjadi pelengkap sinonimi dalam bahasa ritual dan cerita rakyat yang menyebut adanya nama Rote atau Lote.

2.    Nama Adat
Dalam berbagai cerita ritual, terdapat beberapa nama pulau Rote yang situasional. Ketika kedatangan nenek moyang pertama orang Rote setelah Rote Nes yaitu Bula Kai dan Lote Mau serta keturunannya, mereka menyebutnya pulau ini dengan nama Lolo Deo do Tenu Hatu yang artinya pulau yang gelap. Ada juga yang menyebut Nes do Male yang artinya pulau yang kosong atau gersang (Otta, 1990:10).
Ungkapan nama Lolo Deo atau Tenu Hatu sesuai dengan keadaan pulau ketika para leluhur tiba di Rote yang masih dalam keadaan gelap gulita pada malam hari. Selanjutnya Nes atau Male diungkapkan sebagai nama pulau ketika para leluhur melihat kondisi pulau yang masih kosong (belum berpenghuni) dan masih gersang pada siang hari.

3.    Nama Rote
Portugis dalam masa kolonialisme tiba di Pulau Timor pada tanggal 7 Juli 1514 dan pertama kali datang di Pulau Rote pada bulan Februari 1522. Dalam dokumen Portugis pada abad ke-16 dan ke-17 tercantum nama pulau ini adalah Rotes (Fox, 1996:25). Hal ini sesuai dengan sejarah awal penamaan pulau yang terdapat dalam beberapa artikel yang menjelaskan awal penamaan pulau ini berasal dari orang Portugis. Di antaranya F. H. Wetering (1925) menjelaskan bahwa pulau Rote diberi nama oleh orang Portugis, sebab raja-raja di pulau ini di bawah pimpinan Rote Mau (yang datang dari Pulau Timor) membawa laporan kepada orang Portugis yang mendarat di Landu (Pantai Rote). Di sini juga didirikan sebuah batu yang memuat nama-nama raja Rote yang takluk kepada Portugis. Oleh karena itu, nama Rote merupakan nama yang berasal dari nama leluhur Lote Mau. Hal ini didukung oleh De Clerq (1936) bahwa penamaan pulau Rote berasal dari nama sebuah tempat di pantai utara Rote yang sampai sekarang bernama Pantei Rote. Selanjutnya De Clerq mengungkapkan berdasarkan cerita dari masyarakat setempat bahwa di tempat itulah terjadi pendaratan pertama di pulau ini dan nama pantai itu adalah nama pemimpin dari orang-orang yang mendarat itu.
Cerita penamaan versi lain telah diungkapkan oleh Gyanto (1958:80) bahwa pada suatu hari di Ringgou, ada seorang bernama Rotte berjalan ke tepi pantai kemudian menemukan sebuah kapal Portugis yang sedang berlabu di pantai itu. Kapten kapal itu membawa sebuah buku catatan kecil dan sebatang pensil lalu mendekati orang itu dan bertanya nama pulau ini dalam bahasa Portugis, dan orang itu menyangka kapten kapal itu menanyakan namanya lalu ia menjawabnya “Rotte”. Dari sinilah nama Rotte kemudian tersebar sebagai nama pulau ini sampai sekarang.
Artikel lainnya menjelaskan sebuah data tentang pendaratan orang Portugis di Pulau Rote yakni pada tanggal 30 April 1522, salah seorang penjelajah dari Italia bernama Antonio Pigafetta yang bersama-sama dalam rombongan armada Magelheans dengan kapal Victoria ketika mendarat di Rote, tepatnya di Papela, ia pergi menemui seorang nelayan dan bertanya dengan bahasa isyarat tentang nama pulau itu dan nelayan itu menjawab namanya yaitu Rote. Oleh karena itu, pulau ini pun dikenal dengan denga nama “Rote” (Jacob, 2015).
      
Gambar 1
Antonio Pigaffeta
Gambar 2
Kapal Vicrotia yang digunakan Magellan dan rombongannya untuk menjelajahi dunia pada tahun 1519-1522
Dalam peta Belanda, mula-mula pulau Rote disebut Rotthe, yang oleh ahli peta kemudian dikutip secara salah menjadi Rotto. Namun dalam salah satu peta dari awal abad ke-17, pulau ini disebut dengan nama pribumi Noessa Dahena (Nusa Dahena) yang berasal dari dialek Rote bagian timur secara harafiah berarti ‘Pulau Manusia’ (Fox dalam Lalay dkk, 2016:7).
Gambar 3
Salah satu peta Pulau Rote dalam Arsip Belanda Abad Ke-17

4.    Nama Lote
Istilah Lote diidentikan dengan kata Rotti. Rupanya istilah Lote merupakan nama pulau Rote dalam bahasa Rote sedangkan Rotti adalah nama pulau dalam bahasa Belanda. Jonker (1908:329) menjelaskan arti Lote dalam kamusnya mengungkapkan penggunaan nama pulau dalam bahasa Rote dan bahasa Belanda. Misalnya disebutkan einland Rotti dalam bahasa Belanda diartikan sebagai nusa Lote dalam bahasa Rote; dede’a Lote diterjemahkan dalam bahasa Belanda disebut de Rottineesche Taal; dan kokolak Lote diterjemahkan dalam bahasa Belanda disebut Rottineesch Spraken.
Berdasarkan kajian ini, maka dapat dipastikan bahwa istilah Rotti yang digunakan sebagai indikasi nama pulau Rote merupakan ungkapan dalam bahasa Belanda yang mempunyai makna sama dengan istilah Lote dalam bahasa Rote yang merujuk pada nama pulau Rote.
Lote yang digunakan umum dalam kehidupan masyarakat pribumi hanya berlaku bagi daerah-daerah yang tidak mengenal bunyi /r/. Sedangkan bagi penduduk yang tidak mengenal /l/ menggunakan istilah Rote. Memang dalam bahasa Rote sendiri mengenal adanya variasi fonem antara /l/ dan /r/. Bunyi /l/ digunakan di sebagian besar daerah di Rote (Dengka, Lelain, Ba’a, Loleh, Korbaffo, Bokai, Bilba, Diu, Lelenuk, Termanu, Keka dan Talae) sedangkan variasi bunyi /r/ digunakan di Thie, Oenale, Delha, Ringgou, Oepao dan Landu (Ingguoe, 2015:29).

5.    Nama Roti/Rotti
Pada pertengahan abad ke-17, Persatuan Dagang Hindia Belanda (VOC) dalam dokumen-dokumennya menggunakan nama Rotti dengan tiga ejaan yang berbeda yaitu Rotti, Rotty, dan Rotij. Sebutan resmi ini terus dipergunakan sampai pada abad ke-20 dan diubah menjadi Roti (Fox, 1996:26).
Nama Roti merupakan perubahan bahasa Melayu dari Rote suatu perubahan yang menimbulkan suatu permainan kata yang tidak berarti dan sudah usang dari kata roti, yang kebetulan dalam bahasa Indonesia artinya makanan yang dibuat dari tepung terigu. Hal ini sesuai dengan Wetering dalam artikel lain juga mengungkapkan cerita penamaan pulau ini dengan istilah Roti yakni orang-orang Portugis pada waktu kehabisan tepung untuk membuat roti, mereka meminta makanan kepada orang Rote sehingga mereka diberikan jagung yang kemudian digiling menjadi tepung yang cocok untuk dijadikan roti. Oleh karena itu, mereka kemudian menamakan nama pulau ini Roti (Wetering, 1925).
Dalam artikel De Clerq (1936) juga menjelaskan bahwa Pelesatan dari nama Rote menjadi Roti disebabkan oleh pengertian yang salah dari awak kapal yang mendarat di suatu tempat dekat pantai itu pada pendaratan mereka yang pertama dan menggunakan nama pantai itu untuk seluruh pulau. Kekeliruan ini diungkapkan De Clerq sama kasusnya dengan penamaan pulau Sabu yang penduduk asli menamakannya Hawu yang dalam bahasa Melayu disebut Sabu atau Sawu. Konsep ini menyimpulkan kesalahan dalam penulisan istilah yang seharusnya Rote ditulis dengan Roti atau yang seharusnya Hawu ditulis dengan istilah Sawu.
Sebagian besar dokumen-dokumen dari pemerintah pusat memakai Roti. Nama inilah yang digunakan dalam peta-peta dunia, dan tampak lebih diterima dalam kalangan yang luas. Penamaan pulau Rote dengan istilah Roti dalam versi lain menurut data De Clercq tahun 1878, bahwa penamaan pulau Rote sebenarnya berasal dari kata roti dari bahasa Melayu yang berarti penganan dari tepung terigu.

Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka dalam buku ini dapat menyimpulkan bahwa nama Pulau Rote secara potensial dapat mencapai sebuah nama resmi yang bervariasi dalam hal penggunaannya adalah sebagai berikut:
a.       Istilah Lote sebagai nama pulau Rote dalam bahasa daerah.
b.      Istilah Rote sebagai nama pulau Rote dalam bahasa Indonesia.
c.       Istilah Roti sebagai nama pulau Rote dalam bahasa Belanda dan layak digunakan dalam dokumen-dokumen internasional.
Dalam kesimpulan ini dapat dianalisa dalam contoh berikut yang jika diartikan maka mempunyai satu makna yaitu pulau Rote (dalam bahasa Indonesia).
Nusa Lote               Bahasa Rote
Pulau Rote              Bahasa Indonesia
Einlad op Rotti        Bahasa Belanda
Island of Roti          Bahasa Inggris
Pemberian nama pulau ini, tidak memandang asal muasal istilah dan tidak membenarkan salah satu konsep tentang penamaan nama pulau Rote tetapi lebih pada keberterimaan masyarakat tentang nama yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda